Wednesday, July 31, 2013

Cintai yang Rumit (Antara Newton dan Makanan Sehat)


Sekitar tahun 2010 - 2011, penulis menjadi pendengar setia sebuah program radio favorit bernama Antistatis di Rase FM Bandung. Program bergenre talkshow yang disisipi pengetahuan super unik, pertanyaan filosofis kehidupan, resolusi mingguan  dan kuis lacak jejak sejarah ini berisi pesan moral agar pendengarnya mampu menembus sekat-sekat sosial dengan cara berpikir dan bertindak antistatis = anti kemapanan = kontra status quo = anti mainstream. Tujuannya adalah tercipta individu-individu yang penuh daya cipta dan inovatif dalam menyelesaikan permasalahan di berbagai strata sosial. Program ini dibawakan oleh 3 orang Host yang penuh rasa humor yaitu Andi Asmawir, Boyan The Music Man, dan Sang Produser Wilam. Program berdurasi 2 jam dan kadangkala hingga 3 jam (edisi ulang tahun) mampu menarik banyak pendengar dari kalangan remaja hingga dewasa. Sponsor kuis program radio ini dipersembahkan oleh produsen T-shirt kenamaan Kota Bandung yaitu Ouval Research. 

Dalam sebuah episodenya yang mengangkat tema Cintai yang Rumit, diceritakan tentang rumitnya watak seorang ilmuwan hebat bernama Sir Isaac Newton, Sang Penemu Hukum Gravitasi. Saking rumitnya jalan pikiran Newton, banyak sekali ilmuwan pada zamannya yang bersikap menjauhi Newton, mungkin karena sulitnya menjangkau kemampuan berpikir Newton. Padahal kita semua tahu, hampir semua ilmuwan memiliki cara berpikir rumit yang sulit diikuti oleh kemampuan berpikir orang awam. Meskipun rumit, orang-orang semacam Newton mampu menghasilkan karya hebat yang dikenang dan dipelajari oleh orang-orang setelahnya. Bahkan, Newton-lah yang mendapat sebutan Bapak Fisika Modern karena temuan Hukum Gravitasinya dan bukannya Einstein dengan Teori Relativitasnya. Dengan kata lain, orang yang berpikir rumit dan senang menempuh jalan hidup yang sulit akan mampu menghasilkan karya yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia sehingga pesan moralnya adalah kita harus mencintai kerumitan karena di dalam kerumitan terdapat jalan keluar/solusi, dibalik benang kusut terdapat permata, atau di dalam debu terdapat kesucian (terinspirasi judul lagu: Suci dalam Debu dari Iklim). 

Masih tentang kerumitan, mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi diperlukan upaya yang oleh orang awam disebut rumit atau sulit. Kita harus pilih bahan makanan yang segar kemudian memasaknya sendiri di rumah dan menghidangkannya dengan cara-cara tertentu agar kadar gizinya tidak hilang. Berbeda dengan gaya hidup serba instan, yang hanya untuk mendapatkan makanan, cukup membelinya di rumah makan atau supermarket atau datang ke restoran cepat saji dan membelinya atau bersantap di tempat. Namun tentunya membeli makanan siap saji di luar bukanlah solusi untuk menjaga asupan gizi tetap baik mengingat makanan-makanan tersebut tidaklah terjamin kadar gizi dan kebersihannya. Atau bagi umumnya orang yang suka dengan kepraktisan biasanya membeli bahan pangan yang diawetkan di supermarket dan memasaknya sendiri di rumah. Namun tahukah pembaca bahwa makanan yang diawetkan memiliki nilai gizi yang jauh di bawah makanan segar yang biasa kita peroleh di pasar-pasar tertentu atau penjual yang sudah menjadi langganan. Diperlukan upaya yang rumit untuk mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi dibandingkan membeli bahan makanan instan di supermarket atau membeli makanan siap saji di restoran. 

Sebuah kerumitan harus dijalani dan dilakukan untuk mendapatkan hasil dan manfaat terbaik. Jika kita sudah terbiasa dengan kerumitan dan mampu menyelesaikannya maka kita akan mudah menjalani berbagai proses hidup ini. Kerumitan mendidik kita untuk meng-upgrade kemampuan survival dan pemecahan masalah. Dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan potensi dan kemampuan kita sebagai manusia seperti yang diperintahkan oleh Sang Maha Pencipta. Semoga bermanfaat!

Oleh : Teguh Supriyanto
Twitter: @lentrhaka
Fb: lentrhakaIndonesia
Sponsored by:elsvarev.blogspot.com

No comments:

Post a Comment