Sekitar tahun 2010 - 2011,
penulis menjadi pendengar setia sebuah program radio favorit bernama Antistatis
di Rase FM Bandung. Program bergenre talkshow yang disisipi pengetahuan super
unik, pertanyaan filosofis kehidupan, resolusi mingguan dan kuis lacak jejak sejarah ini berisi pesan
moral agar pendengarnya mampu menembus sekat-sekat sosial dengan cara berpikir
dan bertindak antistatis = anti kemapanan = kontra status quo = anti
mainstream. Tujuannya adalah tercipta individu-individu yang penuh daya cipta
dan inovatif dalam menyelesaikan permasalahan di berbagai strata sosial. Program
ini dibawakan oleh 3 orang Host yang penuh rasa humor yaitu Andi Asmawir, Boyan
The Music Man, dan Sang Produser Wilam. Program berdurasi 2 jam dan kadangkala
hingga 3 jam (edisi ulang tahun) mampu menarik banyak pendengar dari kalangan
remaja hingga dewasa. Sponsor kuis program radio ini dipersembahkan oleh
produsen T-shirt kenamaan Kota Bandung yaitu Ouval Research.
Dalam sebuah episodenya yang
mengangkat tema Cintai yang Rumit, diceritakan tentang rumitnya watak seorang
ilmuwan hebat bernama Sir Isaac Newton, Sang Penemu Hukum Gravitasi. Saking
rumitnya jalan pikiran Newton, banyak sekali ilmuwan pada zamannya yang bersikap
menjauhi Newton, mungkin karena sulitnya menjangkau kemampuan berpikir Newton.
Padahal kita semua tahu, hampir semua ilmuwan memiliki cara berpikir rumit yang
sulit diikuti oleh kemampuan berpikir orang awam. Meskipun rumit, orang-orang
semacam Newton mampu menghasilkan karya hebat yang dikenang dan dipelajari oleh
orang-orang setelahnya. Bahkan, Newton-lah yang mendapat sebutan Bapak Fisika
Modern karena temuan Hukum Gravitasinya dan bukannya Einstein dengan Teori
Relativitasnya. Dengan kata lain, orang yang berpikir rumit dan senang menempuh
jalan hidup yang sulit akan mampu menghasilkan karya yang bermanfaat bagi
seluruh umat manusia sehingga pesan moralnya adalah kita harus mencintai
kerumitan karena di dalam kerumitan terdapat jalan keluar/solusi, dibalik
benang kusut terdapat permata, atau di dalam debu terdapat kesucian
(terinspirasi judul lagu: Suci dalam Debu dari Iklim).
Masih tentang kerumitan, mendapatkan
makanan yang sehat dan bergizi diperlukan upaya yang oleh orang awam disebut
rumit atau sulit. Kita harus pilih bahan makanan yang segar kemudian memasaknya
sendiri di rumah dan menghidangkannya dengan cara-cara tertentu agar kadar
gizinya tidak hilang. Berbeda dengan gaya hidup serba instan, yang hanya untuk
mendapatkan makanan, cukup membelinya di rumah makan atau supermarket atau
datang ke restoran cepat saji dan membelinya atau bersantap di tempat. Namun
tentunya membeli makanan siap saji di luar bukanlah solusi untuk menjaga asupan
gizi tetap baik mengingat makanan-makanan tersebut tidaklah terjamin kadar gizi
dan kebersihannya. Atau bagi umumnya orang yang suka dengan kepraktisan
biasanya membeli bahan pangan yang diawetkan di supermarket dan memasaknya
sendiri di rumah. Namun tahukah pembaca bahwa makanan yang diawetkan memiliki
nilai gizi yang jauh di bawah makanan segar yang biasa kita peroleh di
pasar-pasar tertentu atau penjual yang sudah menjadi langganan. Diperlukan
upaya yang rumit untuk mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi dibandingkan
membeli bahan makanan instan di supermarket atau membeli makanan siap saji di
restoran.
Sebuah kerumitan harus dijalani dan
dilakukan untuk mendapatkan hasil dan manfaat terbaik. Jika kita sudah terbiasa
dengan kerumitan dan mampu menyelesaikannya maka kita akan mudah menjalani
berbagai proses hidup ini. Kerumitan mendidik kita untuk meng-upgrade kemampuan
survival dan pemecahan masalah. Dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan
potensi dan kemampuan kita sebagai manusia seperti yang diperintahkan oleh Sang
Maha Pencipta. Semoga bermanfaat!
Oleh : Teguh Supriyanto
Twitter: @lentrhaka
Fb: lentrhakaIndonesia
Sponsored by:elsvarev.blogspot.com
No comments:
Post a Comment