Saat sakit dengan segera kita
berobat ke dokter dan tak lama kemudian diberikanlah resep obat. Dan sudah menjadi
rahasia umum bahwa yang diberikan oleh dokter biasanya adalah obat kategori antibiotik
yang tergolong sintetis/buatan. Dan biasanya pula obat-obatan tersebut memiliki
efek menyembuhkan dalam jangka pendek namun tidak secara jangka panjang karena
bakteri atau virus penyebab penyakit dalam tubuh kita akan mengalami penyesuaian
daya resistansi dengan masuknya zat antibiotik buatan tersebut apalagi ditambah
dengan pemakaian antibiotik tanpa resep dokter. Selain menambah daya resistansi
bakteri dan virus penyebab sakit, antibiotik buatan pun menyebabkan efek
samping yang makin menurunkan tingkat kepercayaan pasien. Berikut penulis
uraikan jenis-jenis antibiotik buatan, fungsi dan efek sampingnya.
1. Penisilin
Penisilin atau antibiotik
beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri saat
bakteri sedang dalam proses reproduksi. Antibiotik ini digunakan untuk
mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran
pernapasan, dll. Sebagian orang mungkin mengalami alergi terhadap penisilin
dengan keluhan ruam atau demam karena hipersensitivitas terhadap antibiotik.
2. Sefalosporin
Sefalosporin, seperti penisilin,
bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi.Namun,
antibiotik ini mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat
diobati dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dll.Dalam kasus dimana
orang sensitif terhadap penisilin, maka sefalosporin bisa diberikan sebagai
alternatif.Namun, dalam banyak kasus, ketika seseorang alergi terhadap
penisilin, maka kemungkinan besar dia akan alergi terhadap sefalosporin juga. Ruam,
diare, kejang perut, dan demam adalah efek samping dari antibiotik ini.
3. Aminoglikosida
Jenis antibiotik ini menghambat
pembentukan protein bakteri.Karena efektif dalam menghambat produksi protein
bakteri, aminoglikosida diberikan antara lain untuk mengobati tifus dan
pneumonia. Meskipun efektif dalam mengobati bakteri penyebab infeksi, terdapat
risiko bakteri semakin tahan terhadap antibiotik ini. Aminoglikosida efektif
mengendalikan dan mengobati infeksi bakteri, namun berpotensi melemahkan ginjal
dan fungsi hati.
4. Makrolida
Sama seperti sebelumnya, antibiotik
ini mengganggu pembentukan protein bakteri. Makrolida mencegah biosintesis
protein bakteri dan biasanya diberikan untuk mengobati pasien yang sangat
sensitif terhadap penisilin. Makrolida memiliki spektrum lebih luas
dibandingkan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran
pernafasan, infeksi saluran lambung, dll. Ketidaknyamanan pencernaan, mual, dan
diare adalah beberapa efek samping dari makrolida. Selain itu, wanita hamil dan
menyusui tidak boleh mengonsumsi makrolida.
5. Sulfonamida
Obat ini efektif mengobati
infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal. Untuk
mencegah pembentukan kristal obat, pasien harus minum sejumlah besar air. Salah
satu obat sulfa yang paling sering digunakan adalah gantrisin.
6. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah
satu-satunya kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis DNA
bakteri. Karena dapat diserap dengan sangat baik oleh tubuh, fluoroquinolones
dapat diberikan secara oral. Antibiotik ini dianggap relatif aman dan banyak
digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan saluran pernapasan. Namun,
fluoroquinolones diduga mempengaruhi pertumbuhan tulang. Itu sebab, obat ini
tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau anak-anak. Efek samping yang
sering timbul meliputi mual, muntah, diare, dll
7. Tetrasiklin dan polipeptida
Tetrasiklin adalah antibiotik
spektrum luas yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi seperti infeksi
telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dll. Pasien dengan masalah
hati harus hati-hati saat mengambil tetrasiklin karena dapat memperburuk
masalah. Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada
permukaan kulit saja. Ketika disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida bisa
menyebabkan efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf.
Sebagai alternatifnya, ada
sejumlah bahan alami yang memilki fungsi antibiotik, tidak menimbulkan
resistansi terhadap bakteri dan virus dan
tidak pula memiliki efek samping bagi tubuh. Berikut adalah beberapa antibiotik
alami yang bisa anda coba khasiatnya:
1.
Bawang Merah
Bawang merah mengandung belerang
yang dipercaya banyak orang mengandung antibakteri dan zat diuretik. Sirup atau
obat yang terbuat dari bawang merah berkhasiat sebagai ekspekstoran yang
membantu mengeluarkan lendir dari bronkus, paru-paru, dan trakea. Selain itu
sirup atau obat yang terbuat dari bawang merah berkhasiat untuk melawan radang
dan memperlancar aliran darah.
2. Bawang Putih
Sudah sejak dahulu bawang putih
dipercaya sebagai antibiotik alami karena mampu melawan flu dan demam.
Kandungan allicin yang ada di dalam bawang putih memiliki rasa dan bau yang
kuat, serta mempunyai zat theurapeutic yang bisa digunakan untuk mengurangi
rasa sakit dan terapi penyembuhan penyakit.
Menurut hasil penelitian, bawang putih mampu menurunkan kadar kolesterol
dan menurunkan tekanan darah. Bahkan berdasarkan hasil penelitian belum lama
ini, bawang putih terbukti lebih efektif untuk mengobati keracunan makanan
dibandingkan dengan obat-obatan modern.
3. Teh Hijau
Memang benar teh hijau bukan
antibiotik yang kuat, namun berdasarkan hasil penelitian teh hijau mampu
membantu kinerja antibiotik. Teh hijau mengandung aktioksidan yang tinggi dan
sangat bermanfaat bagi tubuh. Teh hijau mengandung kafein yang rendah dan mampu
membuat bakteri lemah terhadap antibiotik.
4. Madu
Madu bermanfaat untuk infeksi dan
luka, terutama jika menggunakan madu Manuka. Madu ini berasal dari lebah yang
secara eksklusif diberikan tanaman manuka di Australia dan Selandia Baru. Madu
Manuka ini terkenal mengandung antibiotik. Enzim antimikroba yang terkandung
dalam madu ini akan mengeluarkan hidrogen peroksida yang mampu menghalangi
pertumbuhan bakteri pada infeksi bakteri internal dan eksternal, seperti radang
perut. Dengan setetes saja madu Manuka, infeksi akan teratasi.
5. Minyak Oregano
Dikenal sebagai rajanya
antibiotik alami di beberapa studi dan penelitian. Seperti dikutip dari Care2,
minyak oregano ini memiliki manfaat antibiotik yang sangat kuat dibandingkan
bahan lainnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Paul Belaiche, minyak
oregano mampu membunuh 96% bakteri pneumococcus, 92% bakteri neisseria, bakteri
proteus dan bakteri staphylococcus. Bakteri strein dan neisseria ini sering
ditemukan pada penyakit gonorrhea dan meningitis. Sedangkan bakteri proteus
ditemukan pada infeksi usus, dan bakteri staphylococcus seringkali ditemukan
pada makanan yang beracun. Dikatakan juga, minyak oregano ini mampu berperan
sebagai antibiotik yang mempercepat penyembuhan sakit tenggorokan, demam,
reumatik, infeksi luar, dan anorexia.
6. Ekstrak Daun Zaitun
Daun Zaitun dikenal juga sebagai
alternatif antibiotik lain, yang sangat ampuh menangani virus. Drs O dan B. Lee
dari Department of Biomedical Science di CHA University Korea menemukan bahwa
daun zaitun ini berpotensi besar melawan serangan virus dan mikroba serta
radikal bebas.
7. Propolis
Propolis adalah zat yang digunakan
oleh lebah madu untuk dua fungsi penting di sekitar sarang. Bayangkan sebuah
‘komunitas’ dengan 35000 anggota, masing-masing dari mereka memiliki ruang
kecil, merangkak di atas ruang tetangga sebelah dan berbagi makanan dan pasokan
yang sama. Dan yang menakjubkan lingkungan sarang dalam kondisi sangat bersih
dan mampu mencegah perkembangan dan penyebaran bakteri. Kenapa demikian? Ya,
apalagi kalau bukan karena peran sanitasi propolis. Zat ajaib ini dikumpulkan
dari kulit pohon dan aliran getah yang memiliki sifat anti bakteri dan virus.
Sifat ini kemudian dikombinasikan dengan sekresi lebah hingga membentuk
propolis, yang kemudian digunakan di seluruh sarang sebagai pembersih alami. Sebuah
contoh kegunaannya adalah dalam perannya dalam memumifikasi bangkai tikus liar
dan serangga yang mengembara ke sarang dan tidak dapat melarikan diri.
Makhluk-makhluk mati dan bangkai akan mengundang virus hingga menjadi ancaman
bagi seluruh koloni. Jadi lebah yang cerdik membungkus seluruh bangkai dengan
propolis lebah, efeknya interaksi bakteri dan virus menjadi nol.
Propolis adalah antibiotik alami.
Ada kemungkinan bahwa propolis dapat digunakan untuk menggantikan bahan kimia
dalam banyak situasi, atau digunakan bersama mereka untuk memberikan penghalang
lebih alami dan efektif terhadapa invasi bakteri. Kita bisa melihat efektifitas
Propolis lebih mudah bila digunakan secara terbuka. Banyak orang menggunakannya
untuk mengobati luka dan lecet dan luka bahkan kanker dan bisul mulut.
8. Kayu manis dan Jus Apel
Para peneliti mendapati bahwa
kayu manis yang ditambahkan ke jus apel yang tidak dipasteurisasi membunuh 99,5
persen bakteri dalam tiga hari, menurut The Independent dari London. Pada
kesempatan lain, para ilmuwan itu menambahkan rempah-rempah ke daging sapi
mentah dan sosis, lalu mendapati bahwa kayu manis, cengkeh, dan bawang putih
paling efektif untuk membunuh E. coli O157. Para peneliti berpendapat bahwa
rempah-rempah ini efektif melawan bakteri lainnya, termasuk salmonela dan
campylobacter.
9. Tertawa
Telah diketahui sejak dulu bahwa
tertawa adalah obat yang manjur. Para ilmuwan di State University of New York
memutuskan untuk mencari tahu mengapa demikian. Mereka menyingkapkan penemuan
mereka bahwa tertawa turut memicu pelepasan hormon-hormon yang sangat kuat yang
memberikan energi kepada sistem kekebalan manusia. Salah satu kelompok hormon,
yang disebut sitokin, didapati meningkatkan kegiatan sel-sel darah putih yang
dibutuhkan untuk mengusir virus dan bakteri penyebab infeksi dan yang
menghancurkan bakal-bakal sel kanker. Ini hanyalah ”salah satu substansi yang
kadarnya dipacu oleh tertawa,” demikian kata The Sunday Times dari London.
Hubungan antara tertawa dan sitokin ini oleh beberapa peneliti dijuluki sebagai
hormon-hormon bahagia. Oleh karena itu, surat kabar itu menyebut tertawa
sebagai ”resep panjang umur”.
10. Semut
Selama pertempuran pada tahun
1947, ahli bedah militer Cina Wu Zhicheng harus mengobati infeksi pada prajurit
yang terluka, tetapi persediaan obat-obatannya menipis. Dalam keadaan hampir
putus asa, ia menghubungi seorang dokter setempat, yang memberinya resep obat
tradisional Cina—air direbus dengan semut untuk membersihkan luka dan obat yang
dibuat dari jenis semut yang khusus. Menurut China Today, hasilnya sedemikian
menakjubkan sehingga Dr. Wu memulai suatu karier panjang untuk meneliti
penggunaan semut sebagai obat-obatan. Ia percaya bahwa obat-obatan dari semut
membantu menyeimbangkan sistem kekebalan dan mengatakan, ”Semut adalah gudang
nutrisi berukuran mini. Gudang itu berisi lebih dari 50 zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia, 28 asam amino dan berbagai mineral serta senyawa
kimia.”
Nah para pembaca, setelah mengetahui
berbagai jenis antibiotik yang tersedia saat ini, masihkah kita mempercayakan
pengobatan penyakit dengan memakai antibiotik buatan ? Ataukah ingin segera
beralih dengan antibiotik alami yang merupakan “hadiah” dari Sang Maha Pencipta
untuk manusia yang merupakan pemimpin dan pengelola alam ini? Silahkan memilih
dengan bijaksana! Salam Pencerahan!
Dari berbagai sumber.
Oleh: Teguh Supriyanto