Sunday, July 21, 2013

Antibiotik Buatan VS Antibiotik Alami


Saat sakit dengan segera kita berobat ke dokter dan tak lama kemudian diberikanlah resep obat. Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa yang diberikan oleh dokter biasanya adalah obat kategori antibiotik yang tergolong sintetis/buatan. Dan biasanya pula obat-obatan tersebut memiliki efek menyembuhkan dalam jangka pendek namun tidak secara jangka panjang karena bakteri atau virus penyebab penyakit dalam tubuh kita akan mengalami penyesuaian daya resistansi dengan masuknya zat antibiotik buatan tersebut apalagi ditambah dengan pemakaian antibiotik tanpa resep dokter. Selain menambah daya resistansi bakteri dan virus penyebab sakit, antibiotik buatan pun menyebabkan efek samping yang makin menurunkan tingkat kepercayaan pasien. Berikut penulis uraikan jenis-jenis antibiotik buatan, fungsi dan efek sampingnya.

1.            Penisilin
Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi. Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dll. Sebagian orang mungkin mengalami alergi terhadap penisilin dengan keluhan ruam atau demam karena hipersensitivitas terhadap antibiotik.

2.            Sefalosporin
Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi.Namun, antibiotik ini mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat diobati dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dll.Dalam kasus dimana orang sensitif terhadap penisilin, maka sefalosporin bisa diberikan sebagai alternatif.Namun, dalam banyak kasus, ketika seseorang alergi terhadap penisilin, maka kemungkinan besar dia akan alergi terhadap sefalosporin juga. Ruam, diare, kejang perut, dan demam adalah efek samping dari antibiotik ini.

3.            Aminoglikosida
Jenis antibiotik ini menghambat pembentukan protein bakteri.Karena efektif dalam menghambat produksi protein bakteri, aminoglikosida diberikan antara lain untuk mengobati tifus dan pneumonia. Meskipun efektif dalam mengobati bakteri penyebab infeksi, terdapat risiko bakteri semakin tahan terhadap antibiotik ini. Aminoglikosida efektif mengendalikan dan mengobati infeksi bakteri, namun berpotensi melemahkan ginjal dan fungsi hati.

4.            Makrolida
Sama seperti sebelumnya, antibiotik ini mengganggu pembentukan protein bakteri. Makrolida mencegah biosintesis protein bakteri dan biasanya diberikan untuk mengobati pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin. Makrolida memiliki spektrum lebih luas dibandingkan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dll. Ketidaknyamanan pencernaan, mual, dan diare adalah beberapa efek samping dari makrolida. Selain itu, wanita hamil dan menyusui tidak boleh mengonsumsi makrolida.

5.            Sulfonamida
Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan kristal obat, pasien harus minum sejumlah besar air. Salah satu obat sulfa yang paling sering digunakan adalah gantrisin.

6.            Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri. Karena dapat diserap dengan sangat baik oleh tubuh, fluoroquinolones dapat diberikan secara oral. Antibiotik ini dianggap relatif aman dan banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan saluran pernapasan. Namun, fluoroquinolones diduga mempengaruhi pertumbuhan tulang. Itu sebab, obat ini tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau anak-anak. Efek samping yang sering timbul meliputi mual, muntah, diare, dll

7.            Tetrasiklin dan polipeptida
Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi seperti infeksi telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dll. Pasien dengan masalah hati harus hati-hati saat mengambil tetrasiklin karena dapat memperburuk masalah. Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada permukaan kulit saja. Ketika disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf.

Sebagai alternatifnya, ada sejumlah bahan alami yang memilki fungsi antibiotik, tidak menimbulkan resistansi terhadap bakteri dan virus  dan tidak pula memiliki efek samping bagi tubuh. Berikut adalah beberapa antibiotik alami yang bisa anda coba khasiatnya:

1.                   Bawang Merah
Bawang merah mengandung belerang yang dipercaya banyak orang mengandung antibakteri dan zat diuretik. Sirup atau obat yang terbuat dari bawang merah berkhasiat sebagai ekspekstoran yang membantu mengeluarkan lendir dari bronkus, paru-paru, dan trakea. Selain itu sirup atau obat yang terbuat dari bawang merah berkhasiat untuk melawan radang dan memperlancar aliran darah.

2.            Bawang Putih
Sudah sejak dahulu bawang putih dipercaya sebagai antibiotik alami karena mampu melawan flu dan demam. Kandungan allicin yang ada di dalam bawang putih memiliki rasa dan bau yang kuat, serta mempunyai zat theurapeutic yang bisa digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan terapi penyembuhan penyakit.  Menurut hasil penelitian, bawang putih mampu menurunkan kadar kolesterol dan menurunkan tekanan darah. Bahkan berdasarkan hasil penelitian belum lama ini, bawang putih terbukti lebih efektif untuk mengobati keracunan makanan dibandingkan dengan obat-obatan modern.

3.            Teh Hijau
Memang benar teh hijau bukan antibiotik yang kuat, namun berdasarkan hasil penelitian teh hijau mampu membantu kinerja antibiotik. Teh hijau mengandung aktioksidan yang tinggi dan sangat bermanfaat bagi tubuh. Teh hijau mengandung kafein yang rendah dan mampu membuat bakteri lemah terhadap antibiotik.

4.            Madu
Madu bermanfaat untuk infeksi dan luka, terutama jika menggunakan madu Manuka. Madu ini berasal dari lebah yang secara eksklusif diberikan tanaman manuka di Australia dan Selandia Baru. Madu Manuka ini terkenal mengandung antibiotik. Enzim antimikroba yang terkandung dalam madu ini akan mengeluarkan hidrogen peroksida yang mampu menghalangi pertumbuhan bakteri pada infeksi bakteri internal dan eksternal, seperti radang perut. Dengan setetes saja madu Manuka, infeksi akan teratasi.

5.            Minyak Oregano
Dikenal sebagai rajanya antibiotik alami di beberapa studi dan penelitian. Seperti dikutip dari Care2, minyak oregano ini memiliki manfaat antibiotik yang sangat kuat dibandingkan bahan lainnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Paul Belaiche, minyak oregano mampu membunuh 96% bakteri pneumococcus, 92% bakteri neisseria, bakteri proteus dan bakteri staphylococcus. Bakteri strein dan neisseria ini sering ditemukan pada penyakit gonorrhea dan meningitis. Sedangkan bakteri proteus ditemukan pada infeksi usus, dan bakteri staphylococcus seringkali ditemukan pada makanan yang beracun. Dikatakan juga, minyak oregano ini mampu berperan sebagai antibiotik yang mempercepat penyembuhan sakit tenggorokan, demam, reumatik, infeksi luar, dan anorexia.

6.            Ekstrak Daun Zaitun
Daun Zaitun dikenal juga sebagai alternatif antibiotik lain, yang sangat ampuh menangani virus. Drs O dan B. Lee dari Department of Biomedical Science di CHA University Korea menemukan bahwa daun zaitun ini berpotensi besar melawan serangan virus dan mikroba serta radikal bebas.

7.            Propolis
Propolis adalah zat yang digunakan oleh lebah madu untuk dua fungsi penting di sekitar sarang. Bayangkan sebuah ‘komunitas’ dengan 35000 anggota, masing-masing dari mereka memiliki ruang kecil, merangkak di atas ruang tetangga sebelah dan berbagi makanan dan pasokan yang sama. Dan yang menakjubkan lingkungan sarang dalam kondisi sangat bersih dan mampu mencegah perkembangan dan penyebaran bakteri. Kenapa demikian? Ya, apalagi kalau bukan karena peran sanitasi propolis. Zat ajaib ini dikumpulkan dari kulit pohon dan aliran getah yang memiliki sifat anti bakteri dan virus. Sifat ini kemudian dikombinasikan dengan sekresi lebah hingga membentuk propolis, yang kemudian digunakan di seluruh sarang sebagai pembersih alami. Sebuah contoh kegunaannya adalah dalam perannya dalam memumifikasi bangkai tikus liar dan serangga yang mengembara ke sarang dan tidak dapat melarikan diri. Makhluk-makhluk mati dan bangkai akan mengundang virus hingga menjadi ancaman bagi seluruh koloni. Jadi lebah yang cerdik membungkus seluruh bangkai dengan propolis lebah, efeknya interaksi bakteri dan virus menjadi nol.

Propolis adalah antibiotik alami. Ada kemungkinan bahwa propolis dapat digunakan untuk menggantikan bahan kimia dalam banyak situasi, atau digunakan bersama mereka untuk memberikan penghalang lebih alami dan efektif terhadapa invasi bakteri. Kita bisa melihat efektifitas Propolis lebih mudah bila digunakan secara terbuka. Banyak orang menggunakannya untuk mengobati luka dan lecet dan luka bahkan kanker dan bisul mulut.

8.            Kayu manis dan Jus Apel
Para peneliti mendapati bahwa kayu manis yang ditambahkan ke jus apel yang tidak dipasteurisasi membunuh 99,5 persen bakteri dalam tiga hari, menurut The Independent dari London. Pada kesempatan lain, para ilmuwan itu menambahkan rempah-rempah ke daging sapi mentah dan sosis, lalu mendapati bahwa kayu manis, cengkeh, dan bawang putih paling efektif untuk membunuh E. coli O157. Para peneliti berpendapat bahwa rempah-rempah ini efektif melawan bakteri lainnya, termasuk salmonela dan campylobacter.

9.            Tertawa
Telah diketahui sejak dulu bahwa tertawa adalah obat yang manjur. Para ilmuwan di State University of New York memutuskan untuk mencari tahu mengapa demikian. Mereka menyingkapkan penemuan mereka bahwa tertawa turut memicu pelepasan hormon-hormon yang sangat kuat yang memberikan energi kepada sistem kekebalan manusia. Salah satu kelompok hormon, yang disebut sitokin, didapati meningkatkan kegiatan sel-sel darah putih yang dibutuhkan untuk mengusir virus dan bakteri penyebab infeksi dan yang menghancurkan bakal-bakal sel kanker. Ini hanyalah ”salah satu substansi yang kadarnya dipacu oleh tertawa,” demikian kata The Sunday Times dari London. Hubungan antara tertawa dan sitokin ini oleh beberapa peneliti dijuluki sebagai hormon-hormon bahagia. Oleh karena itu, surat kabar itu menyebut tertawa sebagai ”resep panjang umur”.

10.          Semut
Selama pertempuran pada tahun 1947, ahli bedah militer Cina Wu Zhicheng harus mengobati infeksi pada prajurit yang terluka, tetapi persediaan obat-obatannya menipis. Dalam keadaan hampir putus asa, ia menghubungi seorang dokter setempat, yang memberinya resep obat tradisional Cina—air direbus dengan semut untuk membersihkan luka dan obat yang dibuat dari jenis semut yang khusus. Menurut China Today, hasilnya sedemikian menakjubkan sehingga Dr. Wu memulai suatu karier panjang untuk meneliti penggunaan semut sebagai obat-obatan. Ia percaya bahwa obat-obatan dari semut membantu menyeimbangkan sistem kekebalan dan mengatakan, ”Semut adalah gudang nutrisi berukuran mini. Gudang itu berisi lebih dari 50 zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, 28 asam amino dan berbagai mineral serta senyawa kimia.”

Nah para pembaca, setelah mengetahui berbagai jenis antibiotik yang tersedia saat ini, masihkah kita mempercayakan pengobatan penyakit dengan memakai antibiotik buatan ? Ataukah ingin segera beralih dengan antibiotik alami yang merupakan “hadiah” dari Sang Maha Pencipta untuk manusia yang merupakan pemimpin dan pengelola alam ini? Silahkan memilih dengan bijaksana! Salam Pencerahan!

Dari berbagai sumber.
Oleh: Teguh Supriyanto
Sponsored by: elsvarev.blogspot.com

No comments:

Post a Comment