Judul di atas bukanlah nama
pengganti Program Reality Show Horor Misteri di salah satu TV Swasta yang kini
semakin sepi pemirsa. Dikatakan sepi pemirsa karena berdasarkan observasi
penulis, program ini sudah jarang disebut-sebut sebagai program favorit di
masyarakat kita. Sebuah program generasi kedua dari pendahulunya yang dikenal
karena menampilkan tes keberanian bernama “Uji Nyali”. Selain itu, menurut
penulis yang pernah belajar tentang pemasaran, perubahan nama program TV atau
produk apapun namanya memiliki tujuan untuk mendongkrak popularitas yang lebih
baik di benak konsumennya. Nama baru akan membawa citra baru dan mendorong
munculnya minat baru. Setelah minat baru muncul maka akan membawa keuntungan
baru yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Baiklah pembaca, kita kembali ke
obrolan utama kali ini tentang vaksin atau populer disebut imunisasi. Vaksin
dalam 10 tahun terakhir ini menimbulkan banyak kontroversi, ada yang mendukung
dan banyak pula yang menentang. Berikut saya kutipkan sejumlah argumen atau
opini tentang vaksin yang disuarakan oleh ilmuwan kesehatan di Barat sana. “Satu-satunya
vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.” (Dr. James R.
Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika); “Vaksin menipu
tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah
fungsi pencegahan sistem imun.” (Dr. Richard Moskowitz, Harvard University); “Kanker
pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai
diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari
mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya.” (Dr. W.B.
Clarke, peneliti kanker Inggris).
Berdasarkan sebuah penelitian
yang dilakukan oleh seseorang yang mengerti tentang metode ilmu genetika dalam
Islam, ia mengatakan bahwa vaksin yang telah diproduksi dan dikirim ke berbagai
tempat di belahan bumi ini (terutama negara muslim, negara dunia ketiga, dan
negara berkembang), adalah sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak
generasi penerus di negara-negara tersebut. Vaksin tersebut dibiakkan di dalam
tubuh manusia yang bahkan kita tidak ketahui sifat dan asal muasalnya. Kita tahu
bahwa vaksin didapat dari darah sang penderita penyakit yang telah berhasil
melawan penyakit tersebut. Itu artinya dalam vaksin tersebut terdapat DNA sang
inang dari tempat virus dibiakkan tersebut. Pernahkah anda berpikir apabila DNA
orang asing ini tercampur dengan bayi yang masih dalam keadaan suci?
DNA adalah berisi cetak biru atau
rangkuman genetik leluhur-leluhur kita yang akan kita warisi. Termasuk sifat,
watak, dan sejarah penyakitnya. Lalu apa jadinya apabila DNA orang yang tidak
kita tahu asal usul dan wataknya bila tercampur dengan bayi yang masih suci?
Tentunya bayi tersebut akan mewarisi genetik DNA sang inang vaksin tersebut. Pernahkan
anda terpikir apabila sang inang vaksin tersebut dipilih dari orang-orang yang
terbuang, kriminal, pembunuh, pemerkosa, peminum alkohol, dan sebagainya? Dari
banyak sumber didapatkan informasi bahwa penelitian tentang virus untuk
menghasilkan vaksin dilakukan kepada para narapidana untuk menghemat biaya
penelitian, atau malah mungkin hal itu disengaja?
Selain itu, berdasarkan sebuah
penelitian, vaksin mengandung zat kimia berbahaya yang diperlukan untuk
mencegah infeksi dan meningkatkan performa vaksin. Seperti merkuri,
formaldehyde, dan aluminium, yang dapat membawa efek jangka panjang seperti
keterbelakangan mental, autisme, hiperaktif. alzheimer, kemandulan, dll. Dalam
10 tahun terakhir, jumlah anak autis meningkat dari antara 200 – 500 % di
setiap negara bagian di Amerika. Vaksin pun mengandung asam amino babi karena
asam amino hewan ini hanya berbeda sedikit dengan asam amino milik manusia. Asam
amino manusia yang seharusnya masuk dalam vaksin bisa digantikan dengan asam
amino babi karena hanya berbeda sedikit dari manusia. Hewan ini pun bisa
dibiakkan secara masal dan cepat sehingga produksi asam aminonya melimpah
sehingga menguntungkan bagi bisnis farmasi. Dengan masuknya vaksin ke dalam
tubuh manusia yang didalamnya terdapat asam amino babi maka secara langsung
kita dapat mewarisi sifat-sifat buruk babi yaitu tidak memiliki rasa cemburu
terhadap lawan jenis, tubuh babi dapat mengubah virus jinak menjadi ganas, banyaknya
penyakit dalam tubuh babi, sifat babi yang memiliki kepribadian ganda antara
binatang jinak dan binatang buas, serta babi memiliki syahwat yang amat kuat.
Karena vaksin diisi dengan unsur-unsur
negatif maka tidak lengkap kiranya jika tidak diberikan contoh bencana vaksin
yang tidak pernah dipublikasikan. Berikut contohnya: Di Amerika pada tahun 1991
– 1994 sebanyak 38.787 masalah kesehatan dilaporkan kepada Vaccine Adverse
Event Reporting System (VAERS) FDA. Dari jumlah ini 45% terjadi pada hari
vaksinasi, 20% pada hari berikutnya dan 93% dalam waktu 2 mgg setelah
vaksinasi. Kematian biasanya terjadi di kalangan anak anak usia 1-3 bulan; Pada
1986 ada 1300 kasus pertusis di Kansas dan 90% penderita adalah anak-anak yang
telah mendapatkan vaksinasi ini sebelumnya. Kegagalan sejenis juga terjadi di
Nova Scotia di mana pertusis telah muncul sekalipun telah dilakukan vaksinasi
universal; Jerman mewajibkan vaksinasi tahun 1939. Jumlah kasus dipteri naik
menjadi 150.000 kasus, di mana pada tahun yang sama, Norwegia yang tidak
melakukan vaksinasi, kasus dipterinya hanya sebanyak 50 kasus; Dan masih banyak
lagi.
Untuk mencegah bahaya vaksin
tersebut, Islam memberikan solusinya berupa pemberian tahnik dengan kurma
kepada bayi yang baru lahir, yaitu mengunyah kurma lalu memasukannya ke mulut bayi.
Atau jika sudah cukup dewasa bisa diberikan sari kurma yang baik. Dapat pula
ditambah asupan gizi yang lain yaitu madu asli/murni karena madu merupakan obat
untuk segala macam penyakit. Madu dapat menetralisir unsur-unsur penyakit yang
masuk ke tubuh kita, termasuk yang masuk melalui vaksin saat kita dahulu
disuntik vaksin karena belum tahu atau mengerti.
Nah, setelah mengerti banyak
tentang ihwal vaksin, masihkah kita mengikuti pemahaman bahwa bayi-bayi kita
harus disuntik vaksin? Jika dalam pertandingan sepakbola internasional kita
mengenal slogan “No To Racism” maka kita memiliki slogan pula, yaitu: “No To
Vaccine”.
Pelatihan Korporasi, Jasa Retail,
dan Kerjasama Bisnis LENTRHAKA, hubungi:
Sdr. Rohimat (0813-2165-2855)
No comments:
Post a Comment