Thursday, May 16, 2013

Masih Dunia Vaksin


Judul di atas bukanlah nama pengganti Program Reality Show Horor Misteri di salah satu TV Swasta yang kini semakin sepi pemirsa. Dikatakan sepi pemirsa karena berdasarkan observasi penulis, program ini sudah jarang disebut-sebut sebagai program favorit di masyarakat kita. Sebuah program generasi kedua dari pendahulunya yang dikenal karena menampilkan tes keberanian bernama “Uji Nyali”. Selain itu, menurut penulis yang pernah belajar tentang pemasaran, perubahan nama program TV atau produk apapun namanya memiliki tujuan untuk mendongkrak popularitas yang lebih baik di benak konsumennya. Nama baru akan membawa citra baru dan mendorong munculnya minat baru. Setelah minat baru muncul maka akan membawa keuntungan baru yang lebih tinggi dari sebelumnya. 

Baiklah pembaca, kita kembali ke obrolan utama kali ini tentang vaksin atau populer disebut imunisasi. Vaksin dalam 10 tahun terakhir ini menimbulkan banyak kontroversi, ada yang mendukung dan banyak pula yang menentang. Berikut saya kutipkan sejumlah argumen atau opini tentang vaksin yang disuarakan oleh ilmuwan kesehatan di Barat sana. “Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.” (Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika); “Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun.” (Dr. Richard Moskowitz, Harvard University); “Kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya.” (Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris).

Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang mengerti tentang metode ilmu genetika dalam Islam, ia mengatakan bahwa vaksin yang telah diproduksi dan dikirim ke berbagai tempat di belahan bumi ini (terutama negara muslim, negara dunia ketiga, dan negara berkembang), adalah sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak generasi penerus di negara-negara tersebut. Vaksin tersebut dibiakkan di dalam tubuh manusia yang bahkan kita tidak ketahui sifat dan asal muasalnya. Kita tahu bahwa vaksin didapat dari darah sang penderita penyakit yang telah berhasil melawan penyakit tersebut. Itu artinya dalam vaksin tersebut terdapat DNA sang inang dari tempat virus dibiakkan tersebut. Pernahkah anda berpikir apabila DNA orang asing ini tercampur dengan bayi yang masih dalam keadaan suci?

DNA adalah berisi cetak biru atau rangkuman genetik leluhur-leluhur kita yang akan kita warisi. Termasuk sifat, watak, dan sejarah penyakitnya. Lalu apa jadinya apabila DNA orang yang tidak kita tahu asal usul dan wataknya bila tercampur dengan bayi yang masih suci? Tentunya bayi tersebut akan mewarisi genetik DNA sang inang vaksin tersebut. Pernahkan anda terpikir apabila sang inang vaksin tersebut dipilih dari orang-orang yang terbuang, kriminal, pembunuh, pemerkosa, peminum alkohol, dan sebagainya? Dari banyak sumber didapatkan informasi bahwa penelitian tentang virus untuk menghasilkan vaksin dilakukan kepada para narapidana untuk menghemat biaya penelitian, atau malah mungkin hal itu disengaja?

Selain itu, berdasarkan sebuah penelitian, vaksin mengandung zat kimia berbahaya yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan meningkatkan performa vaksin. Seperti merkuri, formaldehyde, dan aluminium, yang dapat membawa efek jangka panjang seperti keterbelakangan mental, autisme, hiperaktif. alzheimer, kemandulan, dll. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anak autis meningkat dari antara 200 – 500 % di setiap negara bagian di Amerika. Vaksin pun mengandung asam amino babi karena asam amino hewan ini hanya berbeda sedikit dengan asam amino milik manusia. Asam amino manusia yang seharusnya masuk dalam vaksin bisa digantikan dengan asam amino babi karena hanya berbeda sedikit dari manusia. Hewan ini pun bisa dibiakkan secara masal dan cepat sehingga produksi asam aminonya melimpah sehingga menguntungkan bagi bisnis farmasi. Dengan masuknya vaksin ke dalam tubuh manusia yang didalamnya terdapat asam amino babi maka secara langsung kita dapat mewarisi sifat-sifat buruk babi yaitu tidak memiliki rasa cemburu terhadap lawan jenis, tubuh babi dapat mengubah virus jinak menjadi ganas, banyaknya penyakit dalam tubuh babi, sifat babi yang memiliki kepribadian ganda antara binatang jinak dan binatang buas, serta babi memiliki syahwat yang amat kuat. 

Karena vaksin diisi dengan unsur-unsur negatif maka tidak lengkap kiranya jika tidak diberikan contoh bencana vaksin yang tidak pernah dipublikasikan. Berikut contohnya: Di Amerika pada tahun 1991 – 1994 sebanyak 38.787 masalah kesehatan dilaporkan kepada Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA. Dari jumlah ini 45% terjadi pada hari vaksinasi, 20% pada hari berikutnya dan 93% dalam waktu 2 mgg setelah vaksinasi. Kematian biasanya terjadi di kalangan anak anak usia 1-3 bulan; Pada 1986 ada 1300 kasus pertusis di Kansas dan 90% penderita adalah anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi ini sebelumnya. Kegagalan sejenis juga terjadi di Nova Scotia di mana pertusis telah muncul sekalipun telah dilakukan vaksinasi universal; Jerman mewajibkan vaksinasi tahun 1939. Jumlah kasus dipteri naik menjadi 150.000 kasus, di mana pada tahun yang sama, Norwegia yang tidak melakukan vaksinasi, kasus dipterinya hanya sebanyak 50 kasus; Dan masih banyak lagi.

Untuk mencegah bahaya vaksin tersebut, Islam memberikan solusinya berupa pemberian tahnik dengan kurma kepada bayi yang baru lahir, yaitu mengunyah kurma lalu memasukannya ke mulut bayi. Atau jika sudah cukup dewasa bisa diberikan sari kurma yang baik. Dapat pula ditambah asupan gizi yang lain yaitu madu asli/murni karena madu merupakan obat untuk segala macam penyakit. Madu dapat menetralisir unsur-unsur penyakit yang masuk ke tubuh kita, termasuk yang masuk melalui vaksin saat kita dahulu disuntik vaksin karena belum tahu atau mengerti. 

Nah, setelah mengerti banyak tentang ihwal vaksin, masihkah kita mengikuti pemahaman bahwa bayi-bayi kita harus disuntik vaksin? Jika dalam pertandingan sepakbola internasional kita mengenal slogan “No To Racism” maka kita memiliki slogan pula, yaitu: “No To Vaccine”. 

Disintesakan dari berbagai sumber. 

Pelatihan Korporasi, Jasa Retail, dan Kerjasama Bisnis LENTRHAKA, hubungi:
Sdr. Rohimat (0813-2165-2855)

No comments:

Post a Comment